Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Adisthie Pramono (2003) menemukan intensitas dzikir berhubungan dengan kematangan emosi. Muhammad Iqbal (2003) menemukan pula bahwa aktifitas Dzikrul Maut memberi pengaruh terhadap berkembagnya sikap positif, mempunyai optimisme dalam hidup, dan
memiliki tanggung jawab social.
- Membina hubungan dengan klien/Atau diri sendiri
- Melakukan diagnosa dan menentukan keadaan yang diinginkan terjadi pada diri
- Penjelasan mengenai hypnosis dan Inform Concent
- Membimbing diri untuk masuk kekeadaan yang tenang, fokus dan trance (Induksi)
- Membimbing diri untuk melakukan pembelajaran / penyembuhan dengan kata-kata (Sugesti)
- Mengembalikan diri ke keadaan normal
3.1. Dzikir
Dzikir dalam bahasa Arab artinya mengingat. Mengingat Allah atau dzikrullah merupakan hal yang perlu dilakukan manusia untuk kepentingan manusia sendiri, yaitu ia diingat sang pencipta
(QS Al BAqarah:152) mendapatkan hati yang tenteram (QS Ar Ra’d:28) memperoleh keuntungan (QS Al Jumuah:10). Sejumlah hadis Qudsi memandang Dzikir sebagai bentuk syukur, bentuk persahabatan antara makhluk dan khalik, Dzikir dapat dilakukan dengan beragam cara. Dzikir dapat dilakukan dengan meneguhkan hati untuk selalu menggetarkan IsmuDzat “Allah- Allah-Allah”. Dzikir dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian pada melisankan kalimatkalimat yang membesarkan Allah. Dzikir dapat dilakukan dengan memfokuskan perhatian dan pikiran pada gerakan tubuh dan ujaran. Dzikir dapat dilakukan dengan hati, dzikir dapat dilakukan dengan lisan dan dzikir dapat pula dilakukan dengan seluruh gerak tubuh. Pada dasarnya semua kegiatan pengabdian adalah kegiatan dzikir, sehingga dapat dikatakan kegiatan ritual yang kehilangan unsure dzikirnya maka ia batal dengan sendirinya. Dzikir denganberbagai bentuknya nyata merupakan bentuk latihan pikiran untuk fokus hanya kepada satu hal, yaitu mengingat Allah.Semakin keadaan fokus ini diperoleh, keadaan tenang, nyaman dapat diperoleh dengan sendirinya . Bahkan dalam majlis-majlis dzikir, semakin masuk seseorang ke dalam dzikirnya, ia menunjukkan tanda-tanda trance seperti denyut nadi melambat, pernapasan berubah, nyaman dan relaks, refleks, perubahan pada mata / menutup mata, tubuh tidak mampu bergerak, Catalepsy, perubahan mutu suara, perubahan indra, otot,
tubuh, ilusi pada tubuh, time distortion (Asep Haerul Gani, 1993). Dzikir yang dilakukan dengan baik , tidak hanya menenangkan juga memberikan efek kepada penyembuhan tubuh (Indra Purwa, 2004)
3.2. Wudhu
Wudhu adalah bagian dari kegiatan bersuci dan merupakan perintah Allah. Kedudukan wudhu sama pentingnya dengan kedudukan Shalat. Perintah berwudhu turun bersamaan dengan perintah wajib shalat. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki."(Q.S. Al-Maidah : 6). Wudhu adalah bagian dari perilaku menyucikan diri. Dalam Al Quran, bersuci dipandang sederajat dengan perilaku mendekatkan diri kepada Ilahi. “...sesungguhnya Allah SWT menyukai orang - orang yang bertaubat dan orang - orang yang mensucikan diri.". (Al- Baqarah ;222) Wudhu yang dicontohkan oleh Nabi yang pada setiap gerakan seluruh anggota badan focus pada merasakan aliran air dan hati yang tertuju kepada Ilahiy . Fokusnya perhatian kepada aliran air yang membasuh telapak tangan, rongga mulut dan gigi, hidung, wajah, kepala, telinga, kaki hingga telapak kaki membawa tubuh masuk ke keadaan yang lebih relaks, nyaman dan tenteram. Wudhu yang sempurna dilakukan dengan memadukan wudhu dhohir dan wudhu bathin dengan hati yang selalu mengingatNya. Hadits yang diriwayatkan al Daruqutni dan al Baihaqi “Wudhunya orang yang dzikir kepada Allah menyucikan seluruh adannya dan bila tidak berdzikir, hanya menyucikan anggota badannya saja” (M.Samba Nasir, 2005)
3.3. Shalat
Shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan dan perbuatan - perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul Ihram dan disudahi dengan Salam disertai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Shalat adalah sarana seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Allah. Shalat mempunyai manfaat antara lain sebagai sarana untuk memohon pertolongan (Al Baqarah:45) wahana untuk mengingat Allah (Thaha : 14) dan mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar" (Al Ankabut : 45). Shalat merupakan penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Ia merupakan sebesarbesarnya tanda iman dan seagung agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada hambanya. Ia merupakan ibadah yang membuktikan keislaman seseorang. Shalat adalah ibadah yang sangat mendekatkan hamba kepada Khaliqnya, Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi : Artinya : "Sedekat-dekat hamba kepada Tuhannya ialah dikala hamba itu bersujud (didalam Shalat). Maka banyak-banyaklah berdo'a didalam sujud itu"Rasulullah SAW memodelkan pemanfaatanshalat untuk kesehatan lahir. Abu Hurairah saabat Nabi yang sedang sakit perut dianjurkan oleh Nabi SAW “ Berdirilah! Lantas tunaikan Shalat! Karena sesungguhnya di dalam ritual shalat terdapat kesembuhan”. Rasulullah juga mencontohkan menggunakan shalat untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman dan kenyamanan Sahabat Hudzaifah dalam HR Abu Dawud mengatakan “ Jika Nabi shallaLlahu Alaihi Wasallam merasa gundah karena sebuah perkara, maka beliau akan menunaikan shalat “Di kali lain Nabi berkata kepada Bilal menjelang shalat “Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat” Shalat yang dicontohkan oleh Nabi mempunyai ciri tuma’ninah (tenang/relaks). Tumaninah ini diperoleh dengan mempelambat gerak dan hanya mengalihkan posisi tubuh ke gerakan berikutnya bila semua persendian telah kembali kepada tempatnya. (Abu Sangkan, 2004). Perhatian yang terfokus kepada gerakan saja dan membuat lama dalam sebuah gerakan shalat membuat diri menjadi relaks. Saat bacaan Quran dan Doa-do’a diujarkan, Bacaan Quran yang puitis dan doa-doa yang diulang-ulang menjadi ritmis .Kesemuanya membangkitkan efek yang menenangkan. Sebuah keniscayaan bila semakin seseorang memperlambat dan melamakan fokusnya pada ketenangan ini, maka ia semakin mudah pula masuk ke dalam keadaan trance ketika shalat.
3.4. Do’a
Doa (Ad du’a) secara asal kata berarti ibadah, istighotsah memohon bantuan dan pertolongan, permintaan, permohonan , percakapan, memanggil dan memuji Adapun pengertian doa secara istilah ialah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan hajat dan ketundukan kepada Allah (Ariyanto, 2006). Al Quran menunjukkan bahwa Du’a adalah wahana dialog makhluk untuk meminta kepada sang Khaliq Du’a adalah permohonan yang pasti dikabulkan oleh sang Kholik ( QS Al - Baqoroh:186; Ghafir:60; ), Dalam sebuah hadis Qudsi , Allah berfirman “ Akulah raja. Siapa gerangan berdoa kepadaKu, maka Ak kabulkan; Siapa gerangan memohon kepadaKu, maka Kuanugerahi; siapa gerangan meminta kepada ampun kepadaKu, maka Aku ampuni. “ (Al Arabi, 1994) Imam Ghazali seperti dikutip Achmad Mubarok (2007) menyatakan ada sepuluh adab yang harus diperhatikan ketika seseorang berdoa kepada Allah yaitu : (1) Memilih waktu yang tepat untuk mengajukan doa (2) Memilih saat yang baik (3) Lakukan berdoa sambil menghadap kiblat dan menengadahkan tangan ke atas (4) merendahkan suaranya, antara terdengar dan tidak (oleh telinga). (5) Alamiah tidak memaksakan diri menggunakan kalimat-kalimat puitis (6) sambil menunduk, merendah, cemas tetapi berharap dikabulkan (7) yakin bahwa Tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa kita (8) usahakan mengulang doa, sekurang-kurangnya tiga kali (9) memulai doa dengan pujian kepada Allah, dan (10) serius bertaubat, menghindari melakukan kejahatan, dan penuh perhatian Do’a adalah sumsum ibadah. Do’a adalah bentuk komunikasi antara manusia dengan Allah. Rumusan rumusan do’a Nabi Muhammad SAW dan rumusan-rumusan do’a Nabi-nabi sebelumnya yang ditandai di Al Quran menunjukkan ungkapan pengakuan, gejolak hati, kehinaan, ketidakberdayaan , harapan dan keyakinan bahwa Allah akan memberikan kekuatan dan dayauntuk melakukan tindakan. Rumusan do’a selalu mempunyai intensi positif, do’a diucapkan berulang-ulang. Do’a diucapkan setelah seseorang masuk ke dalam keadaan yang sangat relaks dan sangat nyaman dan setelah ia fokus.
3.5. Memaafkan
Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah memaafkan Memaafkan adalah perilaku yang dicontokan oleh para nabi. Uniknya di dalam Al Quran tidak ada perintah meminta maaf kepada sesama manusia. Perintah yang ada justru adalah perintah memaafkan. Memaafkan satu sama lain bahkan memaafkan sang musuh adalah hal yang diajarkan Islam . Sejumlah ayat dalam Al Quran menghimbau pentingnya mempunyai sikap memaafkan (al- Shura:37&40; al-Nahl:126-127; 7:199; An Nuur:22 ; At Taghaabun:14; 42:43; Ali Imraan:134) Nabi Muhammad dalam sebuah hadis menyatakan bahwa ia diperintahkan Allah untuk melakukan 9 hal, satu diantaranya adalah memaafkan kepada orang yang telah berbuat keliru kepadanya. Nabi adalah teladan sempurna manusia pemaaf. Pada saat seperi itu Nabi berdoa “ Wahai Allah, bimbinglah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Pada saat dalam keadaan kejayaan pun di tengah para musuhnya Nabi menunjukkan sifat yang pemaaf “Apa yang kalian pikirkan akan kulakukan sekarang?” Mereka memohon pengampunan. Nabi mengatakan , “Saat ini aku ingin mengatakan apa yang dikatakan Yusuf AS kepada saudaranya ‘Tidak ada kesalahan padamu saat ini. Pergilah Anda semua bebas.”. Nabi SAW bekata “ Bersatulah dengan orang yang memisahkan diri darimu, dan maafkanlah orang yang berbuat salah padamu, berilah orang yang mengambil milikmu, dan berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk padamu” (Imam Ja’far As Sodiq, 1994, h 161) Sifat pemaaf adalah sifat manusia yang dicintai Allah dan sifat para nabi. Suatu kali Nabi bersabda “Adakah di antara kalian mampu menjadi seperti Abu Damdam ? Wahai Rasulullah, siapakah Abu Damdam ? Salah seorang nenek moyangmu yang pada saat bangun tidur pada pagi hari akan mengatakan “Wahai Tuhan , saya telah memaafkan orangorang yang menghancurkan kehormatanku”. (Imam Ja’far As Sodiq, 1994, h 161) Penelitian-penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kemampuan memaafkan berkaitan erat dengan kualitas pribadi yang sehat, positif , kreatif dan memperoleh kepuasan hidup. Kemampuan memaafkan berkaitan erat dengan emosi yang stabil, kemampuan membuat persetujuan, daya untuk fokus kepada orang lain dan komitmen kepada tata nilai keagamaan (McCullough, Root, Tabak & Witvliet; 2006) . Bono&McCullough (2006) menemukan hasil bahwa memaafkan mempunyai efek yang membuat baik pada hal fisik, psikologis dan hubungan antar manusia. Selain itu dengan melakukan memaafkan san pemaaf tidak hanya memperoleh ketenteraman ia juga mampu mendapatkan pendekatan yang lebih kreatif untuk melakukan perubahan. Tsang, McCullough& Fincham (2006) menemukan hubungan erat antara keakraban, komitmen dan memaafkan. Ditemukan pula hubungan antara memaafkan dengan kepuasan pernikahan.
3.6. Iklhas
Saat sahabat bertanya kepada Rasulullah sang kota ilmu ada satu pertanyaan, yang Rasullullah tidak langsung menjawabnya. ''Wahai Baginda Rasul apa yang dimaksud dengan ikhlas?'' tanya seorang sahabatnya. Setelah berdiam, Rasulullah memusatkan perhatian, dan menyampaikan pertanyaan serupa kepada Malaikat Jibril As. ''Aku bertanya kepada Jibril As tentang ikhlas, apakah ikhlas itu?'' Lalu Jibril bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah sebenarnya? Allah SWT menjawab Jibril dengan berfirman, ''Suatu rahasia dari rahasia-KU yang Aku tempatkan di hati “ Imam al-Qusyairi an-Naisabury menyatakan bila seseorang memiliki sifat ikhlas, ia akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup. Apa yang dilakukan semata-mata untuk Allah meski yang dia perbuat untuk mengurangi penderitaan sesama manusia. Ia akan selalu membantu orang, dengan alasan karena Allah memang Dzat yang senang membantu. Sahabat Anas Ibnu Malik menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, ''Belenggu tidak akan masuk ke dalam hati seorang Muslim jika ia menetapi tiga perkara; ikhlas beramal hanya bagi Allah, memberikan nasihat yang tulus kepada seorang penguasa dan tetap berkumpul dengan masyarakat Muslim.'' Sedemikian tingginya dan beratnya sifat ini menjadi pola hidup seseorang, sampai-sampai ada ujaran yang menyebutkan, ''jika seseorang masih melihat keikhlasan dalam sikap ikhlasnya, maka keikhlasannya masih memerlukan keikhlasan lagi,'' kata Abu Ya'qub as-Susi.''Amalnya tak lagi memberi ruang bagi lahirnya pujian atau cercaan,'' kata Dzun Nun al- Mishry.. ''Ia akan melupakan amalnya ketika dia beramal,'' kata Abu Utsman al-Maghriby. Kekhlasan adalah kebebasan dari keterleatan pada sesuatu selain Allah. Dalam berkarya, ia mempunyai jiwa yang merdeka, tidak dipicu oleh rasa takut sang budak, tidak pula didorong oleh hasrat untung sang pedagang. Sikap ikhlas ini pula yang membuat seseorang mampu fokus, kreatif, menyembuhkan diri sendiri, bahagia dan merdeka.
wallahu'alam


















